Kamis, 30 November 2017

Company Visit ke Sygma

Proses kerja di Sygma menerapkan dimensi-dimensi yang diperlukan dalam bisnis, yaitu mindset, skill, dan attitude.
  1. Pertama, mindset atau cara pandang, hal yang diutamakan Sygma dalam menjalankan proses bisnisnya adalah pola pikir karyawan. Dalam kasus ini, Sygma mengusung nilai-nilai keagamaan dalam membentuk pola pikir yang baik untuk karyawannya. Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan atau agenda yang dilaksanakan menurut agama Islam. Sah-sah saja jika satu perusahaan memilih nilai-nilai agama untuk pengembangan bisnis dan mewujudkan visi mereka, karena setiap perusaaan memang mempunyai ideologinya sendiri. Dengan pola pikir agamis, diharapkan karyawan memiliki wawasan, ide, dan kreativitas sebagai processing tool penting dalam bisnis.
  2. Kedua, skill atau kemampuan. Dalam perekrutan karyawan, Sygma memiliki kriteria-kriteria sesuai dengan posisi yang ada dalam perusahaan. Misalnya programmer untuk aplikasi handphone, Sygma memang memilih karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan program computer seperti teknik informatika, sistem informasi, dan lain-lain. Contoh lainnya adalah validator untuk aplikasi Qur’an yang diisi oleh seseorang yang memiliki pemahaman lebih soal agama, dalam hal ini ustadz, tujuannya agar konten dalam aplikasi valid dan tidak menyimpang dari ketentuan yang seharusnya.
  3. Ketiga¸ attitude atau sikap/tingkah laku. Untuk mewujudkan visinya, Sygma kembali memilih nilai agama dalam membentuk mental, sikap, dan nilai setiap karyawan. Agar terbentuk mental, sikap, dan nilai karyawan yang baik, Sygma membuat program yang berlandaskan keagamaan, seperti waktu mengaji sebelum kerja, pelaksanaan Shalat Dhuha, pengajian rutin, hingga suasana kerja bernuansa islami yang terlihat pada setting kantor, dekorasi, interior, dan sebagainya.

Sesuai penjelasan di atas, dalam memenuhi visi dan misi perusahaan, karyawan dibagi ke dalam bagian-bagian atau divisi yang memiliki tugas masing-masing. Dari pengamatan saya, setidaknya ada 4 tahapan dalam proses pengerjaan produk, yaitu riset, perencanaan, eksekusi, dan evaluasi/validasi.

Gambar 1. Tahapan Proses Kerja dalam Sygma

Pertama terdapat karyawan yang bertugas meriset kebutuhan pasar. Kedua, hasil riset akan dianalisis sehingga dapat diketahui produk apa yang diinginkan pasar dan dilakukan perencanaan. Ketiga, setelah dibuat perencanaan akan dilakukan eksekusi/pengerjaan yang dalam hal ini dilakukan desain produk oleh divisi tertentu. Keempat dilakukan evaluasi terhadap produk yang ada, missal validasi huruf atau bacaan yang ada dalam Qur’an digital. Tugas ini tentunya dilakukan oleh orang yang sesuai dengan kompetensi masing-masing karyawan.

Gambar 2. Mahasiswa Melakukan Company Visit

Bagaimana ide kreatif bisa dihasilkan?

Sejalan dengan pernyataan di atas, untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas karyawan, Sygma mulai dari tempat kerja yang di-setting dengan menyenangkan, menarik, dan nyaman. Terlihat dari dekorasi dan interior kantor yang terdapat poster motivasi, gambar, atau papan/dinding informasi yang memuat pesan ide dan kesuksesan untuk menstimulan karyawan. Dari aturan yang diberlakukan dalam perusahaan juga tidak terlalu mengikat karyawan, contohnya boleh menggunakan sandal, membawa makanan, meletakkan barang kesayangan, membuat daftar pekerjaan (notes), dan lain-lain. Artinya karyawan diberi keleluasaan untuk mengembangkan dirinya terlebih dahulu karena kreativitas memang bukan sesuatu yang dapat dipaksakan.

Selain itu, ide kreatif dalam perusahaan juga diperoleh melalui riset, trend, dan kebutuhan masyarakat. Riset dilakukan dengan mencari data yang memuat perilaku masyarakat sebagai pasar, sehingga diketahui inovasi dan produk seperti apa yang akan dibuat. Sementara trend adalah memahami situasi dan kondisi yang berkembang di lingkungan sekitar. Terakhir, kebutuhan masyarakat, dengan mengerti dan paham terhadap masyarakat, kita akan mampu menguasai pasar karena masyarakat akan membeli produk yang dihadirkan. Terkadang masyarakat juga tidak tahu dan mampu menyampaikan kebutuhannya, oleh karena itu perlu kejelian, kepekaan, dan pemahaman terhadap masyarakat itu sendiri.

Bagaimana suasana kerja, interaksi, dan budaya perusahaan?

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Sygma mengusung nilai-nilai agama Islam dalam operasional perusahaannya sehingga suasana kerja memang didesain dengan konsep nuansa islami. Ideologi yang diusung tentu berpengaruh terhadap interaksi dan budaya perusahaan. Dalam hal ini budaya perusahaan juga dilandaskan nilai-nilai agama seperti disediakannya waktu Shalat Dhuha, waktu mengaji 15 menit sebelum jam kerja dimulai, pengajian rutin setiap hari Rabu, dan masih banyak lagi.

Sementara untuk interaksi antar-karyawan hanya menekankan pada peran senior-junior yang berorientasi pada fungsi dan nilai yang ada dalam perusahaan, bukan pada senioritas yang menekankan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh senior dan junior. Maksudnya senior hanya mengenalkan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam perusahaan.

Gambar 3. Mahasiswa Berinteraksi dengan Karyawan

Bagaimana evaluasi produk media kreatif! Apakah kompeten/bertahan di pasar atau tidak?

Dilihat dari produk yang dibuat dalam Sygma, produk berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Produk yang ada juga dipadukan dengan kreativitas yang dilakukan seperti pengadaan Qur’an dengan bermacam bentuk. Di samping itu Sygma juga mengadakan inovasi terhadap produk seperti Qur’an berwarna, e-pen sebagai rekaman yang dapat mendampingi anak-anak dalam belajar, atau Qur’an yang dikhususkan untuk hafidz untuk memudahkan penghapalan Qur’an. Dengan orientasi pada masyarakat dan inovasi tersebut, bukan tidak mungkin produk Sygma akan bertahan di pasar. Hal ini buktikan dengan perusahaan Sygma yang semakin berkembang dan adanya rencana penambahan beberapa lini bisnis.

Evaluasi berupa perbaikan dari saya adalah berdasarkan studi Most Littered Nation in The World 2016, minat baca di Indonesia menempati peringkat ke-60 di dunia. Angka itu menandakan ketertarikan orang Indonesia untuk membaca sangat rendah. Di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan 132,7 juta penduduk Indonesia atau sekitar 51% menggunakan fasilitas internet. Oleh karena itu saya memberi masukan untuk memperbanyak aplikasi yang berbasis internet. Selain memenuhi trend yang sedang terjadi, pembelajaran dengan penggunaan internet saya rasa akan lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar